Diduga Baku Mutu Udara Tercemar,Suratman Warga Desa Gunung Raja Terpaksa Stop Sadap Karet Miliknya

Di jumpai awak media ini di kediamannya Suratman mengaku menghentikan aktivitasnya lantaran polusi udara dari PLTU GHEMMI dan Tambang batu bara PT.MPC sudah semakin parah. Dia juga menceritakan polusi udara di kebun karetnya sebenarnya sudah terjadi beberapa tahun belakang, namun tidak separah seperti sekarang ini.

Berita116 Dilihat
banner 970x250

GUNUNGRAJA –Polrifastrespon.com_ Diduga baku mutu udara di ambang batas normal, Suratman salah seorang petani karet Desa Gunung Raja Kecamatan Empat Petulai Dangku Kabupaten Muara Enim terpaksa harus menghentikan aktifitas menyadap kebun karet miliknya.
Di jumpai awak media ini di kediamannya Suratman mengaku menghentikan aktivitasnya lantaran polusi udara dari PLTU GHEMMI dan Tambang batu bara PT.MPC sudah semakin parah.
Dia juga menceritakan polusi udara di kebun karetnya sebenarnya sudah terjadi beberapa tahun belakang, namun tidak separah seperti sekarang ini.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya masih bisa debu tidak terlalu banyak, kalau tahun ini tidak sanggup lihatlah di pohon,di mangkok wadah karet,di rumput,di daun sudah menguning bahkan menghitam semua,jadi kebun itu tidak saya sadap lagi sekarang ini, “terangnya dalam bahasa daerah, 12 September 2023.
“Kalau dulu tambang dan jalan tidak terlalu dekat masih terhalang kebun karet warga, namun sekarang tidak ada lagi penghalang terlihat mobil lalu lalang waktu mobil lewat itulah debu berterbangan ke arah kebun, “lanjutnya.
Adapun gangguan yang ia rasakan seperti, hidung terasa gatal dan perih, sesak napas, mata sering kelilipan dan kulit gatal-gatal, bagian tubuhnya terlihat bekas di garuk yang sudah menghitam kuat dugaan semua itu disebabkan oleh polusi udara debu tanah & batu bara.
Dikatakan Suratman, beberapa tahun yang lalu kebun karet miliknya tidak berbatasan langsung dengan parit tapi sekarang kebun karetnya sudah berbatasan langsung dengan parit yang di gali pakai Excavator.
Parit yang di maksud ialah objek lelang sungai emberang yang kini telah beralih pungsi menjadi saluran pembuangan limbah batu bara dari PLTU GHEMMI, alur objek lelang sungai emberang tersebut di duga telah beberapakali mengalami perubahan.
Sesuai dengan keterangan suratman dan bekas galian excavator di bibir sungai yang terlihat sudah tidak natural lagi hal tersebut di duga akibat dari perluasan tambang batu bara PT.MPC yang tidak berwawasan lingkungan.
“Pernah salah seorang karyawan PT GHEMMI berinisial (Els) yang mengaku di perintahkan oleh pimpinannya (WNA China) menawarkan pembebasan lahan kebun karet miliknya dengan harga 100 ribu / meter namun saat itu ia belum berniat menjual kebun karetnya karena kebun karetnya masih produktive saat itu juga ia sering menyampaikan keluhan kepada yang bersangkutan, “Jelasnya.
Terpisah, Sudianto kades setempat saat disambangi awak media ini dikantornya membenarkan Pemerintah Desa telah menerima laporan warga.
Sebagai tindaklanjut Kadus Pianto mengaku ia telah meninjau lokasi sekaligus telah menyerahkan surat ke kediaman salah satu karyawan PT.GHEMM berinisial (Els) tertanggal 05 september 2023 yang lalu.
“Kita tunggu tindaklanjut dari pihak perusahaan terkait,apakah PT.GHMM ,PT.MPC atau perusahaan mana yang bertanggung jawab,untuk itu, “tutup Pianto.
Guna ke akuratan informasi dan keberimbangan berita awak media ini mencoba mengkonfirmasi pihak PT.GHEMMI & PT Musi Prima Coal melalui pesan W.A namun seperti biasa hingga berita ini di turunkan tidak satu pun dari pihak perusahaan merespon atau memberikan klarifikasi.
Diduga hal tersebut adalah unsur kesengajaan guna menghindari pertanyaan yg akan di lontarkan awak media ini.
“Red Frn”

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.